Ketika saya masih kecil saya pernah diberikan cerita oleh guru bahasa Inggris saya seperti dibawah ini. Dimana kalimat dalam cerita itu harus dibaca secara cepat dengan lafal (pronounciation) yang tepat. Tidak mudah tapi karena lafalnya menarik saya pun jadi sering melatihnya sehingga hafal di luar kepala.
Betty Botter bought some butter. But the Butter Betty Botter bought was so bitter. So, Betty Botter bought some better butter to make the bitter butter better. At home, Betty Botter batter the bitter butter with the better butter as the result… the taste of bitter butter disappears.
Baru-baru ini ketika saya sedang berada di salah satu mal, saya mendengar seorang anak kecil di mal yang melafalkan cerita tersebut di atas. Membuat saya tersenyum dan saya jadi penasaran menganalisa apa sebenarnya jalan cerita di atas tersebut. Dan saya ternyata menemukan adanya korelasi menarik antara cerita itu dengan kesalahan yang dilakukan di dalam perusahaan.
Di dalam cerita itu disebutkan bahwa Betty Botter (Nama seorang wanita), suatu ketika membeli sejumlah mentega. Namun mentega yang dibeli oleh oleh Betty Botter tersebut ternyata pahit. Maka Betty Botter pun kembali membeli mentega yang lebih baik untuk membuat mentega yang pahit tersebut (yang salah beli) menjadi lebih baik.
Setibanya di rumah Betty Botter menghantam (mencampur) mentega yang pahit tersebut dengan mentega yang lebih baik. Sebagai hasilnya… Rasa pahit dari mentega yang pahit itu pun sirna.
Saudaraku… Tidak ada yang sempurna di dalam hidup ini… Suatu ketika kita akan menghadapi kesalahan yang sama seperti Betty Botter. Kita membeli sesuatu untuk perusahaan kita yang tadinya kita anggap itu adalah sebuah hal yang baik dan membuat kemudahan bagi kerja kita, ternyata kita salah dan sebagai akibatnya kita akan menanggung kecewa dan rasa pahit di dalam diri kita…
Memang ada cara yang paling gampang yaitu …. Kita buang saja dan beli lagi sesuatu yang lebih baru yang lebih baik…. Tetapi itu artinya kita tidak bertanggung jawab terhadap uang yang dititipkan perusahan pada kita. Dan taukah jika kita melakukan seperti ini, hal seperti ini disebut sebagai “Excuse Mentality” Itu sebabnya majalah Forbes di th. 2016 mempublikasikan 5 langkah membantu karyawan mengatasi perilaku “Excuse Mentality” https://www.forbes.com/sites/markmurphy/2016/09/25/5-ways-to-help-employees-overcome-the-excuse-mentality/#2178d5792d67
Akuntabilitas karyawan untuk merasa memiliki perusahaan (take ownership) itu sangat penting. Kita tidak dapat mencegah terjadinya kesalahan di dalam perusahaan. Tetapi… jika adanya kesalahan. Perbaiki! Jangan langsung membuangnya, menguburnya, menghilangkannya, dll. Yang intinya adalah melarikan diri dari tanggung jawab untuk “memperbaiki” kesalahan tersebut.
Banyak orang / pemimpin di dunia ini yang juga “menghindari” dirinya untuk dipersalahkan. Tidak berani mengambil tanggung jawab atau mungkin malu atau susah untuk mengatakan… “Ya saya sudah berbuat kesalahan dan untuk itu saya akan memperbaikinya. Bahkan kalau perlu dengan biaya dari kantong saya sendiri.”
Mereka cenderung membuat “EXCUSES” atau alasan-alasan, bantahan-bantahan, menyalahkan yang satu dan menyalahkan yang lain, tidak punya jiwa satria yang mau mengakui bahwa kesalahan anak buah saya juga merupakan kesalahan saya juga. Kesalahan saya tidak memeriksa dan mengontrol lebih baik juga merupakan kesalahan saya. Tipe orang-orang seperti ini artinya sudah mempunyai “EXCUSE MENTALITY”. Mari … jadilah seperti Betty Botter… ketika melakukan kesalahan… Jangan kuatir… dunia tidak akan runtuh… Perbaikilah… Dan Jadilah orang dengan “NO EXCUSE MENTALITY”
“How to WIN in life:
1 work hard
2 complain less
3 listen more
4 try, learn, grow
5 don’t let people tell you it cant be done
6 make no excuses”
― Germany Kent
Have a GREAT Day! GC