IWA Blog

TATANAN PASAR REAL ESTATE DI INDONESIA PERLU DIJAGA PASCA COVID 19

TATANAN PASAR REAL ESTATE DI INDONESIA PERLU DIJAGA PASCA COVID 19

Survei Bank Indonesia (BI) mencatat penjualan rumah di pasar primer selama 3 bulan pertama tahun ini anjlok 30,52 persen atau lebih dalam dari kuartal sebelumnya sebesar -16,33 persen dan dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu 23,77 persen. Kendati demikian, pasar properti tetap memberikan peluang untuk pengembang maupun konsumen baik investor maupun end user untuk mendapatkan berbagai keuntungan pada saat begini.

Pemerhati properti, Indra Widjaja Antono dalam pernyataannya awal pekan ini (21/7/2020) mengatakan, dampak covid 19 ini tidak hanya memukul sisi konsumen tetapi juga pengembang. Keduanya mengalami penurunan yang signifikan. Padahal, pada akhir 2019 silam sudah terlihat tanda-tanda kebangkitan properti mulai awal tahun.

Kendati demikian, ia berharap semua stakeholder properti perlu menjaga tatanan pasar properti atau realestate yang telah berlaku selama ini, kendatipun wabah ini telah memukul banyak pelaku hingga sulit untuk recovery.

“Dari sisi demand, kita semua tahu bahwa kebutuhan akan perumahan terus tumbuh dan masih membutuhkan pemenuhan. Sementara dari sisi pengembang, memang dampaknya terasa bahkan sangat memukul sejumlah pengembang di segmen menengah sebagaimana banyak diberitakan. Namun, masih banyak pengembang yang memiliki ketahanan yang baik dan kesiapan untuk memasuki era new normal dengan pendekatan-pendekatan baru,” paparnya.

Menurut dia, sekalipun berat, baik pengembang maupun konsumen tetap dapat memanfaatkan kondisi pasar ini untuk bertahan. Dari sisi konsumen, pergerakan harga properti yang melambat dalam kondisi ini adalah peluang untuk membeli ketimbang menunggu hingga kondisi pasar benar-benar pulih.

“Akhir tahun lalu, sejumlah pengembang besar sudah mulai memersiapkan peluncuran produk-produk baru ke pasar. Namun pasca covid 19, pengembang harus merestart business plan mereka untuk beradaptasi dengan kondisi pasar ini. Pengembang lama harus melakukan improvisasi baru jika ingin bertahan,” ungkapnya.

Menurut pria yang akrab disapa Iwa ini, kebutuhan akan perumahan terus tumbuh dan tidak akan mati. Hanya dalam praktik penjualannya pengembang mesti beradaptasi dengan pola-pola yang baru seperti digital marketing sekalipun pada akhirnya konsumen tetap harus datang ke lokasi untuk melihat langsung.

“Saya lihat, pada dasarnya semua pengembang akan menawarkan hal yang sama. Yang membedakan adalah bagaimana komitmen dan konsistensi mereka dalam mendeliver produknya ke pasar,” ungkapnya.

Sementara itu berkaitan dengan anjloknya pasar di regional Asia dan Australia, menurut dia tidak banyak berpengaruh kepada pasar Indonesia. Australia mendapatkan banyak pengaruh dari investor properti China, sehingga wabah Covid 19 ini pasti akan langsung berdampak. Demikian juga Singapura yang menjadi kota internasional, menurut dia sangat rentan terhadap pandemi global ini.

“Kita di Indonesia kan lebih banyak mengandalkan pasar lokal, apalagi pasar menengah ke bawah memiliki daya tahan yang cukup tinggi menghadapi kondisi ini. Saya yakin, pasar akan segera recovery sekalipun kali ini membutuhkan waktu lebih lama dari kejadian-kejadian sebelumnya,” ungkapnya. (RLS)

Leave a Comment

mahjong ways gacor

situs slot777 online