IWA Blog

When Seeing is Not Believing

When Seeing is Not Believing

By Galatia Chandra
Author of Hacking Your mind Book

Kejahatan manusia kini memasuki babak baru dalam peradaban manusia. Sebuah tehnologi baru digunakan untuk membuat video yang begitu mirip dengan aslinya tapi itu adalah Video Palsu. Tehnologi itu diberi nama Deepfake. Deepfake sesungguhnya merupakan gabungan dari kata “Deep Learning” yang merupaka salah satu aspek dari Artificial Intelligence digabung dengan “Fake” yang artinya palsu.

Deepfake muncul di Internet pertama kali di tahun 2017 dengan menggunakan Metode Deep Learning yang dikenal sebagai “Generative Adversarial Network (GAN)”.

Sejak tehnologi ini ditemukan begitu banyak video-video palsu beredar. Ada video tentang Obama yang melontarkan kata-kata kotor dan kasar ketika bicara tentang Presiden Donald Trump, Ada video dimana Mark Zuckerberg mengakui bahwa Facebook goal yang sesungguhnya adalah untuk memanipulasi dan mengeksploitasi pengguna Facebook, ada Gal Gadot yang menjadi pemeran film pornografi. Dan masih banyak lagi lainnya.

Ditahun awal tahun 2019 saja kira-kira ada 7.964 deepfake videos yang ditemukan beredar di internet dan dalam 9 bulan kemudian angkanya melompat menjadi 14.678. Menakutkan dan sekaligus menambah tingkat kekhawatiran kita bahwa ini dapat menjadi sumber kejahatan bahkan bisa digunakan sebagai alat politik untuk menuduh lawan politiknya dengan mudah. Apalagi ditambah dengan bumbu, tertangkap basah.

Pembauran Fakta yang Real dengan Hoax yang tidak nyata.

Dengan adanya tehnologi ini maka orang yang benar-benar melakukan Tindakan diluar hukum dan tertangkap oleh kamera CCTV / kamera HP beneran pun akan dapat berdalih / berkilah bahwa bukti video yang tersita adalah Deepfake. Fakta real yang sebenarnya malahan tidak bisa diungkap.

Sedangkan mereka yang sesungguhnya tidak melakukan bisa di jebak / frame oleh tehnologi ini. deepfake. Sekalipun mereka sudah mencoba mengklarifikasi pun tidak dipercaya.

Dunia akan dipenuhi dengan kebingungan, kekacauan yang tidak menentu.

Bagaimana kita mengenali Deepfake?

1. Warna kulit wajah berbeda dengan warna kulit dileher dan bagian tubuh lainnya.

2. Pencahayaannya biasanya tidak benar, bagian tubuh seolah pencahayaan lampu dari atas, tapi wajah pencahayaan lampu dari depan.

3. Sinkronisasi antara suara dan gambar video tidak sempurna.

4. Ada bagian yang dikaburkan (blur) pada muka wajah yang bertemu dengan leher dan rambut.

Bisa kita bayangkan dengan maraknya tehnologi meeting online dengan menggunakan video conferencing tools seperti zoom, google meet dll. Namun ternyata orang yang menginterview kita adalah deepfake. Kita terlanjur percaya, memberikan semua data-data kita padanya. Dikemudian hari baru kita tau dan sadari bahwa semua itu adalah penipuan dan criminal.

Jika mau tau lebih banyak dengan deepfake ini, coba lihat tayangan video berikut: https://youtu.be/Ro8b69VeL9U

Semua berubah menjadi data

Kalau Anda cuma berpikir bahwa data itu hanya numeric atau alphabetical, maka sekarang ini Anda harus Mengupdate diri. Sebab sekarang ini data bisa berupa symbol, dan dengan tehnologi biometrik data bisa berupa sidik jari, wajah manusia, dan bahkan suara manusia.

Kita tahu bahwa data itu bisa dimanipulasi, digabung-gabungkan ke data lainnya, dan diubah sesuai kepentingan. Seperti itulah kira-kira deepfake dibuat.

Mari kita tinggalkan kenaifan diri kita. Jadilah pribadi yang kritis untuk melihat yang real sebagai kebenaran dan yang tidak real sebagai sebuah kebohongan.

Dengan alasan apa pun (sebagai alat entertainment, lucu-lucuan, dll) menggunakan deepfake adalah Tindakan diluar hukum. Memang undang-undang ITE Pasal 26 ayat 3 bisa digunakan untuk menjerat orang yang mendistribusikan atau mentransmisikan video atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan / atau pencemaran nama baik seseorang. Namun aturan ini tidak cukup.

Perlu aturan, ketika seseorang dinyatakan terbukti membuat deepfake ini maka seharusnya yang bersangkutan bisa dihukum.

Saat ini apps untuk Deepfake ini beredar secara luas di internet. Sangat mudah bagi orang untuk membuat deep fake dan ini akan menjadi masalah ketika kita diamkan.

Juga kita harus berhati-hati saat kita mengupload wajah kita ke sebuah apps untuk bermain-main dengan melihat perubahan bentuk wajah kita menjadi tua atau seperti bayi atau anak-anak atau wajah pria diubah jadi wanita demikian juga sebaliknya.

Karena itu artinya secara sukarela kita memberikan biometrik data wajah kita ke si pemilik apps tersebut yang bisa saja suatu ketika ada penawar yang cocok, maka data wajah kita bisa dijual dengan harga mahal dan selanjutnya video deepfake anda akan muncul.

Ketika seeing is not believing. Maka pikiran kritis lah yang harus diandalkan. Jangan mudah terkecoh dengan deepfake.

”Think before you believe. In the era of false news, deepfake and propaganda based journalism, train your mind to seek out the truth.” – i.chaki

Have a Great Day! GC

Leave a Comment

slot77