Seorang professor yang mengajar tentang filosofi tiba-tiba memberikan sebuah tes yang tidak terduga untuk para murid-muridnya. Ia mengangkat kursinya ke atas meja dan menulis di papan tulis seperti ini, “Buktikan bahwa bangku ini tidak ada!”
Seluruh isi kelas sibuk membuat penjelasan dari berbagai teori yang ada, hanya Maru yang dalam tempo 30 detik menyelesaikan tugasnya dan menyerahkannya pada sang Professor. Semua teman-temannya bingung kok bisa secepat itu.
Keesokan harinya sang Professor itu mengumumkan bahwa jawaban terbaik dari hasil test itu ternyata adalah Jawaban dari Maru, Sang professor itu memperlihatkan pada teman-temannya Maru tulisan yang lumayan besar di kertas jawaban itu, “Kursi yang mana?”.
Satu hal yang perlu kita sadari… Semakin kita dealing dengan sebuah masalah, semakin otak kita bertambah jelimet ketika menyelesaikan masalah itu. Ketika otak kita penuh, maka kita tidak akan pernah bisa berpikir jernih untuk mencari sebuah jawaban “breakthrough” terhadap masalah kita.
Masih ingatkah kejadian di tanggal 10 Des, 1914 pk. 17:30 sore terjadinya kebakaran di West Orange, New Jersey. Bangunan laboratorium Thomas Alva Edison yang legendaris terbakar. Api yang membakar bahan-bahan kimia yang berada di dalam laboratorium itu terlalu kuat untuk dipadamkan.
Pada waktu itu Thomas Alva Edison memanggil anaknya Charles yang berusia 24 tahun, “Go get your mother and all her friends. They’ll never see a fire like this again.” Ketika Charles menolaknya, Edison berkata, “It’s all right. We’ve just got rid of a lot of rubbish.”
Sudah bulan November, berapa banyak sampah-sampah di kepala kita yang menghalangi kita untuk berpikir jernih dalam daya upaya untuk mencari terobosan dan Langkah-langkah brilian bagi usaha-usaha kita?
Jika kita sekarang ini berada di dalam labirin, dan kita terus menerus dihantam masalah-masalah yang sama serta tidak bisa mencari jalan keluar dari sana. Itu bisa jadi otak kita sudah mumet, sudah penuh dengan sampah dan perlu disegarkan.
Ada beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan untuk dilakukan:
1. Istirahat, liburan memberikan penyegaran sehingga otak bisa berpikir lebih jernih. Ingatlah selalu, jika otak kita berpikir “TIDAK BISA” itu artinya otak kita berpikir “TIDAK MAU”. Kita harus lebih proaktif untuk mengambil alih pimpinan otak kita. Yaitu diri kita sendiri.
2. Sharpening the Saw. Asahlah gergaji kita atau asahlah kapak kita sebelum kita menebang pohon. Dengan mengikuti pelatihan yang serius (yang berbayar). Karena kalau tidak berbayar, otak kita kembali akan berpikir, ah ini toh gratisan aja. Sehingga kita pun pastinya tidak akan menghargai ilmu yang kita pelajari, apalagi menggunakannya.
3. Carilah mentor, ingat ketika mentor memberikan nasehat atau jalan. Itu juga perlu dihargai, oleh karena percuma saja meminta nasehat jika pada akhirnya yang dijalankan adalah bukan dari input-input yang diberikan mentor melainkan ide sendiri yang memang sekian lama terus begitu-begitu saja. Cari mentor juga harus hati-hati. Banyak mentor yang “teorinya” banyak tanpa pernah punya pengalaman nyata. Mentor seperti itu saya sebut sebagai Mentor delusional. Dan jelas produknya adalah ilusi-ilusi yang bisa menyesatkan.
4. Assign dan beri kepercayaan pada salah satu anak buah kita yang dapat kita andalkan. Berikan dia proyek untuk menyelesaikan masalah yang ada. Bebaskan dia dari tugas rutinnya.
Pikiran yang Jelimet, keruh dan ruwet pasti tidak akan bisa dengan mudah mencari solusi pada setiap masalah yang kita hadapi. Tidak bisa melihat dengan jelas arah mana yang benar dan harus di tuju.
Kita juga perlu berhati-hati, sebab, jika kita tidak dapat melihat ke depan dengan jelas, kaki kita akan mudah terantuk batu dan jatuh. Sebab itu, singkirkanlah pikiran jelimet dan ruwet. Bersihkanlah pikiran kita dan tajamkan.
“Your mind is your light. If your mind is cloudy, how can you illuminate your life?” ― Mehmet Murat ildan.
Have a GREAT Day! GC