COMPASSION
By Galatia Chandra
Author of Hacking Your Mind book
Hari itu merupakan hari kerja yang melelahkan untuk Maru, ia bersiap-siap meninggalkan kantornya dan melihat ke jam yang tertempel di dinding, saat itu menunjukkan pk. 19.00. Ia pun menutup tasnya lalu bergegas pulang. Di mobil tiba-tiba ia teringat bahwa istrinya titip pesan untuk membelikan 1 buah pepaya yang sudah masak untuk makan malam hari itu.
Baru saja ia keluar dari gedung kantornya, ia melihat seorang wanita tua menawarkan pepaya segar yang tampak menguning dan sudah masak. Ia pun tertarik, Segera saja ia pinggirkan mobilnya serta membuka jendela kaca mobilnya.
“Berapa harganya 1 buah pepaya itu bu?” kata Maru. Ibu tua itu berkata bahwa Pepaya tersebut harganya adalah Rp. 35.000 per kilogram
“Wah mahal amat ya, saya biasanya membeli di toko buah yang tidak jauh dari sini. Harganya 1 buah Cuma Rp. 25.000. Sudahlah, kasih saya harga yang sama, saya akan membeli buah Pepaya itu.” Kata Maru.
“Waduh, ga bisa dik kalo harganya segitu, itu harga modal saya. Gini aja deh, biar jadi, harganya Rp. 30.000 ya.” Seru si Ibu tua itu.
“Ya sudah bu, ga jadi ya, saya ke toko langganan saya aja.” Maru pun segera menutup kaca mobilnya lalu berlalu menuju ke toko buah langganannya.
Di toko langganannya ia membeli buah papaya yang mirip dengan yang di jual si ibu. Setelah menimbang pepayanya ia pun pergi ke kasir. Kasir memberitahu harganya: “Harganya Rp. 45.000 per kilogram, jadi totalnya 52 ribu rupiah pak.” Wah, wah… saya sudah menjadi langganan toko ini tahunan, harga papaya ini naiknya banyak banget ya… Bisa gak di diskon, saya kan langganan tetap toko ini?” Sang Manajer yang ada tidak jauh dari situ mendekat dan menjelaskan bahwa ditoko itu semuanya fixed price jadi tidak bisa di diskon-diskon.
Akhirnya Maru memutuskan untuk kembali ke ibu penjual papaya yang jualan dekat kantornya.
Ketika si Ibu tua melihat Maru, ia spontan berkata: “Maaf loh Dik, saya sungguh tidak bisa menurunkan harga saya lagi.”
Maru berkata: “Tidak apa-apa bu, saya akan membayar harga Pepaya itu Rp. 45.000. Kasih saya 2 buah”
Ibu tua: “Ooo tidak perlu dik, kalau mau membayar lebih Rp. 35.000,- per buah sudah cukup untuk saya. Dulu suami ibu yang jual buah sebenarnya, Cuma sayangnya dia jatuh sakit. Dan Karena kami tidak punya anak serta saudara, jadi tidak ada yang bisa membantu kami. Terpaksa, kami harus menjual toko yang di ujung jalan itu untuk biaya berobat. Walaupun sudah berusaha tapi nasib berkata lain, suami ibu tidak bisa bertahan lama.” Air matanya pun berlinang dipipinya. “Sekarang ibu harus menjual buah ini supaya saya bisa bertahan hidup dari hari ke hari dik. Eh maaf, ibu jadi curhat nih…”
Maru: “Ga apa apa bu, saya mengerti. Ibu orang yang baik dan kehidupan ibu pasti akan lebih baik di masa mendatang. Mulai dari sekarang saya akan beli pepaya hanya dari ibu.” Dia pun membuka dompetnya lagi, Ia mengeluarkan uang Rp. 1 juta dan berkata: “Nah ambil ini, buka kios di sana dan bawa lebih banyak jenis buah-buahan besok. Anggaplah uang saya ini pembayaran di muka untuk buah-buahan yang akan saya beli di masa mendatang.”
Maru merekomendasikan si Ibu tukang buah ini kepada teman-temannya yang membuat si Ibu tersebut akhirnya bisa hidup dengan lebih layak.
Seringkali, ketika kita belanja di mal atau di supermarket, kita membayar dengan harga tetap (fixed price) dan kita tidak pernah berpikir untuk menawarnya tetapi ketika kita belanja pada pedagang-pedagang kecil, kita menawar dengan heboh tanpa memikirkan apakah ia memperoleh cukup keuntungan untuk menyambung hidupnya esok. Hal ini adalah tindakan yang kurang bijaksana, biarkanlah pedagang kecil juga dapat memperoleh keuntungan yang pantas untuk dia dapat meneruskan hidupnya.
Tentu saja kita tetap harus bijak ketika belanja. Sebab banyak juga yang memanfaatkan keadaan untuk mencari keuntungan tinggi. Cuma tetaplah hidupkan rasa belas kasih (compassion) dalam diri kita ketika kita berbelanja. Tahukah kenapa kita harus melakukan itu? Sebab itu bukan hanya membuat si penjualnya berbahagia tapi yang lebih penting lagi adalah Karena hal itu juga membuat kita bahagia.
Beberapa tahun yang lalu ketika saya menulis inspirasi ini, saat itu saya sedang menunggu di luar sebuah restoran untuk membeli makanan dan membawa pulang. Seorang perempuan tua berjalan terpincang-pincang lalu menyodorkan gelas plastik berisi uang tanda meminta sedekah. Saya pun tersentuh dan memberikan uang kepada ibu tersebut. Setelah itu saya berbicara pada ibu itu. “Bu, kenapa tidak menggunakan masker?” Tahukah apa jawabnya. Ibu tua itu berkata: “Biar aja Ko, biar cepat mati!”. Saya sungguh syok dengan jawaban ibu tersebut dan jujur hati saya sangat trenyuh. Saya jadi berpikir… Apakah hidup ini memang begitu tidak berharganya? begitu tidak berartinya, sehingga ibu itu ingin agar cepat bisa diambil nyawanya oleh Tuhan?
Kehidupan susah pasti akan dialami banyak orang dengan tekanan ekonomi dan pandemi corona seperti sekarang ini. Tapi itu bukan alasan kita untuk patah semangat. Ada sisi lain dari hidup kita yang baik. Syukurilah itu. Bisa bernapas tanpa membeli oksigen pun sebenarnya merupakan anugerah yang luar biasa dari Tuhan, jadi syukurilah.
Sebaliknya karena kini banyak orang susah. Jika ada orang yang masih mau berusaha dengan berjualan dipinggir jalan (karena terpaksa), bantulah semampu kita. Teruslah menjadi Berkat bagi banyak orang ketika kita mampu.
”If you want others happy. Practice Compassion. If you want to be happy. Practice Compassion.” Dalai Lama
Have a GREAT Day! GC