Semua orang Indonesia pasti tahu tentang Gerakan 30 September (Gestapu), hari kelam bagi bangsa Indonesia yang tidak akan pernah terlupakan. Sebuah kenangan buruk dimana Indonesia harus kehilangan 6 orang Jenderal terbaiknya (Ahmad Yani, R. Suprapto, MT Haryono, S. Parman, DI Panjaitan & S. Siswomiharjo). Selain itu juga meninggal Ade Irma Suryani, Bripka KS. Tubun, Kol. Katamso, LetKol Sugiyono M dan Kapten Pierre Tendean).
Pada waktu itu sejarah mencatat bahwa organisasi PKI (Partai Komunis Indonesia) lah yang menjadi dalang dari semua ini, film tentang G30S/PKI pun dibuat pada th. 1984. Film Garapan Arifin C Noer ini pada masa pemerintahan yang lalu wajib ditonton oleh murid-murid dari SD hingga SMA.
Padahal banyak fakta-fakta sejarah di dalam film itu yang dikemudian hari dibuktikan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. https://historia.id/kultur/articles/film-pengkhianatan-g30s-pki-dan-fakta-sejarah-P1BqW.
Juga dalam film G30S/PKI tersebut diceritakan adanya peranan GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia) sebagai bagian ritual dalam pembunuhan para jenderal di atas. Dikemudian hari ternyata ada juga pihak yang mencoba meluruskan sejarah tersebut. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160930103757-20-162339/lapisan-dusta-di-balik-legenda-kekejaman-gerwani
Apakah kejadian di Lubang Buaya dalam film Garapan Arifin C. Noer itu sesuai sejarah atau tidak hanya Tuhan dan orang-orang yang ada di sana sebagai saksi sejarah yang tau. Namun apa yang menjadi hal penting untuk kita adalah di dunia ini Kita perlu tahu adanya sebuah tehnik yang disebut Political Framing yang sering digunakan sebagai senjata para ahli politik untuk membunuh lawan-lawan politiknya.
Tuduhan, hasutan, propaganda juga merupakan taktik-taktik berbahaya yang banyak digunakan oleh pihak tertentu untuk menciptakan sebuah kondisi atau efek psikologi tertentu (Framing).
Di tahun 2015, Twitter, Google dan Facebook sepakat untuk memerangi Tuduhan, hasutan dan propaganda. Mereka membuat setiap pengguna medianya boleh menjadi juri dan melaporkan kepada mereka jika ada konten yang bersifat tuduhan, hasutan dan propaganda seperti itu.
Ya, pada saat ini kita harus berhati-hati sebab banyak orang / organisasi / partai politik yang senang sekali memframing dan melabel lawan politiknya dengan sesuatu yang negatif seperti misalnya tuduhan sebagai antek-antek PKI, anti Islam, anti Kristen dll. Berhati-hatilah.
Sikap yang terbaik agar kita jangan sampai salah dan malahan ikut menjebloskan seseorang ke persepsi yang salah (framing) adalah dengan cara melakukan konfirmasi atau Tabayyun.
Gregory bateson di tahun 1955 merupakan orang pertama yang menyebut kata “Framing” ini sebagai efek psikologi yang perlu dicermati. Simak 2 penyataannya yang sangat penting.
“The major problems in the world are the result of the difference between how nature works and the way people think” ― Gregory Bateson
“Information is a difference that makes a difference.” ― Gregory Bateson
Atau dengan kalimat lain yang pendek… berhati-hatilah dengan informasi yang kita terima….
Hal-hal yang terjadi secara alami (Benar dan Hakiki) di dunia ini bisa jadi berbeda dengan apa yang orang-orang pikirkan tentang hal tersebut. Sebab Informasi yang berbeda dapat menciptakan sebuah perbedaan.
Mari kita rawat bangsa kita dengan informasi yang benar. Sebarkan informasi-informasi yang Valid. Tabayyun, konfirmasi dulu, check and recheck sebelum kita menyebarkan sebuah konten. Apalagi yang bersifat tuduhan, hasutan dan propaganda pihak tertentu.
“The rules of the universe that we think we know are buried deep in our processes of perception.”
― Gregory Bateson
Jangan ada lagi peristiwa G30S/PKI yang kedua. Jangan ada lagi masa kelam di Indonesia tercinta. Semoga… ???
Have a GREAT Day! GC