Tindakan terburu-buru (Haste) akan menghasilkan tindakan yang sia-sia (Waste) dan bahkan bisa jadi kita akan sesali kemudian.
Di sebuah desa, ada seorang wanita yang baru saja melahirkan bayinya 2 bulan yang lalu. Ia mempunyai seekor anjing herder yang sangat disayanginya.
Suatu ketika wanita itu ingin pergi ke pasar. Ia pun berpesan pada anjing Herder tersebut. “Bonny, tolong jaga Mario (nama bayi tersebut).” Ia pun segera bergegas menuju pasar.
Apa mau dikata. Ketika wanita itu pergi, seekor ular Cobra yang sangat besar masuk ke kamar Mario. Dengan sigap Bonny menyalak dengan hebatnya. Namun Ular tersebut tetap mendekati Mario. Bonny pun segera saja menyerang ular tersebut yang akhirnya di balas oleh Ular Cobra tersebut.
Setelah kurang lebih 10 menit berkelahi. Akhirnya ular Cobra itu pun mati. Dengan muka penuh darah dari ular Cobra tersebut. Bonny pun berjalan menuju pintu keluar rumah untuk menunggu sang majikan pulang ke rumah. Racun Cobra mulai beraksi dan Bonny pun terbaring lemah di pintu keluar rumah dekat pekarangan.
Akhirnya wanita itu pun tiba dari pasar. Ia melihat mulut Bonny yang penuh darah yang sedang tertidur. Ia pun panik. Ia segera mengambil pot bunga yang ada di pekarangan tersebut dan menimpuk kepalanya Bonny. Bonny pun akhirnya mati.
Wanita itu buru-buru masuk ke dalam kamar untuk melihat bayinya. Ternyata bayinya Mario masih dalam keadaan segar bugar tanpa masalah. Disebelahnya terbaring seekor ular Cobra yang sangat besar dalam keadaan mati.
Namun semua terlambat… Nasi sudah menjadi bubur. Semua sudah kadung / terlanjur terjadi. Wanita itu hanya bisa menangis menyesali apa yang sudah dilakukan.
Berapa seringkah kita, ketika mengambil keputusan kita tidak berpikir Panjang? Sebuah keputusan yang akhirnya kita sesali kemudian. Bisa jadi dengan emosi tinggi kita mengambil keputusan. Dengan segala asumsi dan tanpa mau mendengarkan penjelasan perkara terlebih dahulu. Langsung ambil keputusan. Itu sangat berbahaya.
Misalnya jika ada anak kita atau anak buah kita mengajukan sebuah permintaan. “Bolehkah saya ……”. Kita langsung memotongnya dengan jawaban “Aduh saya lagi sibuk, nanti aja.” Atau “Ndak-ndak-ndak” atau “Aduh jangan ganggu saya dulu bisa tidak?”
Terkadang keputusan juga tergantung mood saat itu. Jika sedang mood baik kita cenderung mengiyakan semua permintaan, sebaliknya jika mood lagi buruk, kita cenderung mengatakan tidak.
Anak buah yang cerdas biasanya berteman baik dengan sekretaris bossnya. Setiap mau ketempat boss. Dia bertanya dulu: “Apa musimnya? Musim Dingin ato musim semi?” Kalo Musim Dingin, jangan ajukan proposal atau minta tanda tangan. Kalo musim Semi ajukan, pasti mudah di setujui. Jangan-jangan sekretaris atau asisten Anda sudah punya kode itu. ?
Padahal jika kita menggali lebih dalam “ALASAN” mereka mengajukan permintaan tersebut, kita bisa dengan OBYEKTIF membantu anak kita atau anak buah kita dalam memutuskan yang terbaik. Ingat… “membantu” mereka untuk memutuskan bukan kita yang memutuskan.
Thomas Jefferson, Presiden Amerika yang ketiga pernah berkata demikian “Jika kamu marah, hitung 1,2,3 hingga 10. Jika sangat-sangat marah. Hitung hingga angka 100 dalam hati.” Artinya apa. Dalam keadaan marah jangan ambil tindakan, diam. Itu adalah yang terbaik. Silence is Golden.
Ketika kemarahan sudah mulai mereda, barulah mulai bertanya (probing) untuk coba mengerti terlebih dahulu dan setelah itu barulah mengambil sebuah tindakan yang tepat.
Ingatlah selalu… Haste makes Waste! Tergesa-gesa mengambil tindakan akan menghasilkan Tindakan yang sia-sia.
”Wisely and slow; they stumble that run fast.” – William Shakespeare.
”The hurrier I go, the behinder I get.” – Lewis Caroll.
Have a GREAT Day! GC