Coba bayangkan, jika Anda harus berlari sendirian ditengah lapangan yang luas. Pasti mudah bukan, Anda mau lari ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang. Terserah Anda. Anda Lelah Anda mengurangi kecepatan, Anda semangat Anda pacu lari Anda.
Tapi coba jika kita berlari bersama-sama dengan pinggang di ikat Tali, tanpa diberi komando kemana tujuan kita dan apa strategi untuk mencapai tujuan itu. Akibatnya yang satu lari ke Utara, yang satu lari ke Selatan, dan yang lainnya menuju ke arah yang mudah. Yaitu lari ke depan. Tidak ada orang yang mau mengalah dengan berlari mundur atau menyamping. Akibatnya? Stack! Diam ditempat.
Pernah mendengar proyek di Google yang diberi nama Project Aristotle? Project ini dilakukan di tahun 2012. Google menghabiskan jutaan USD untuk mengukur hampir seluruh aspek kehidupan dari para pegawainya untuk dapat menemukan “The Perfect Team” yang ada di Google. Proyek ini bahkan dilanjutkan di tahun 2015 dengan nama Project Oxygen.
Google ingin menemukan perpaduan sempurna individu untuk membentuk sebuah Stellar Team (Outstanding team). Mereka tadinya berpikir bahwa sebuah team yang solid dan bagus haruslah merupakan kombinasi dari the “Best” people. Tapi ternyata asumsi ini kurang tepat.
Ini adalah hasil proyek Aristotle tersebut:
“We looked at 180 teams from all over the company. We had lots of data, but there was nothing showing that a mix of specific personality types or skills or backgrounds made any difference. The ‘who’ part of the equation didn’t seem to matter.’’ – Abeer Dubey, a manager in Google’s People Analytics division
Data yang begitu banyak yang dikumpulkan oleh Google itu mempunyai konklusi yang sama: “Seorang manajer atau leader yang baik pasti tahu bahwa di team-team yang baik, setiap anggotanya harus punya Empati atau memperlihatkan sensitivitas yang baik. Terlebih penting lagi adalah mereka mau mendengarkan satu sama sama lainnya.
Di dalam proyek ini Google juga menemukan sebuah faktor yang teramat penting dari Kekompakan tim yaitu “Psychological safety”. Artinya setiap anggota harus merasa aman dan nyaman ketika mengemukakan sesuatu yang mengandung risiko atau sesuatu masalah berat (vulnerable) yang dihadapinya.
Google juga menyimpulkan bahwa setiap anggota harus berkontribusi dalam sebuah pembicaraan secara adil merata, dengan menghormati emosi satu sama lainnya. Tidak mempermasalahkan siapa yang ada di team tersebut, sebab yang terlebih penting lagi adalah bagaimana setiap anggota bisa berinteraksi satu sama lainnya. Alias kompak.
Saya mencoba mencari tahu apa arti kompak? Dalam KBBI artinya Bersatu Padu. Atau barangkali ini berasal dari kata Serapan Compact yang juga artinya Solid (Padat) dan menyatu. Artinya kalo kita ingin menggalang kekompakan, maka nomor satu yang harus dilakukan oleh setiap anggotanya adalah mau mendengarkan dan sama-sama bahu membahu menjaga kekompakan.
Friends… Covid-19 adalah musuh kita Bersama. Pada tanggal 7 April 2021. Ada 1.547.376 kasus yang terjadi di Indonesia. Ada 42.964 nyawa yang sudah melayang akibat penyakit ini. Ini adalah NYATA. Mengapa masih ada orang yang mengatakan ini adalah sebuah kebohongan? Sebuah konspirasi? Padahal ada nama-nama orang secara jelas disetiap angka di atas. Ada alamat dan dan keluarganya yang bersedih karena ditinggalkan.
Vaksinasi adalah daya upaya pemerintah untuk menghentikan perjalanan penyakit ini serta mengembalikan ekonomi negara kita. Mengapa masih banyak orang mengatakan bahwa ini adalah sebuah pemaksaan, sebuah konspirasi, sebuah produk yang akan memberi tanda anti Kristus di tubuh kita, dan lain-lain.
Padahal dari virus yang digunakan sebagai bahan utama vaksinnya aja namanya SARS-CoV-2. Ini artinya sudah merupakan virus Corona yang varian kedua. Jadi ini bukanlah sesuatu hal yang baru. Lalu Vaksin itu tidak dimaksudkan untuk berada di tubuh selamanya. Dia masuk ke tubuh kita, membangunkan imunitas kita, sel-sel pertahanan tubuh kita terhadap virus tersebut. Setelah itu dia akan dieliminasi dari tubuh kita.
Negara membayar mahal untuk biaya pengobatan Covid-19 ini. Favipiravir 200 mg contohnya, untuk 1 tabletnya saja sudah ratusan ribu rupiah. Kalau dalam matematika model maka prevalensi penyakit mis. 1-2% dari jumlah populasi yang kena itu biayanya sudah bisa mencukupi biaya vaksinasi seluruh penduduknya.
Vaksinasi cost effective dan membuat kita terbebas dari penyakit sehingga roda ekonomi kita bisa berputar dengan lebih cepat. Kita bisa lebih produktif tidak terkendala dengan batasan-batasan travelling.
Ingat penyakit Covid-19 ini juga seringkali bisa menimbulkan sekuele (kecacatan) pada paru-paru misalnya. Ada salah satu sahabat saya yang selama lebih dari 100 hari tidak bisa kerja setelah keluar rumah sakit akibat saturasi oksigennya memburuk. Dia selama 3 bulan menghabiskan berbotol-botol tabung oksigen setelah sembuh.
Yang mana semua itu bisa dicegah dengan Vaksinasi. Jadi ketika ada kesempatan… Jangan ditunda ya teman-teman, kita harus kompak.
Disuruh tinggal dirumah, masih jalan-jalan.
Disuruh pakai masker, tidak mau.
Disuruh jangan pulang kampung, dilawan.
Disuruh jangan kumpul, dilanggar.
Disuruh jaga jarak, tidak diindahkan.
Disuruh vaksin tidak mau juga.
Maunya apa? Ingat sebagai manusia kita Cuma punya 2 opsi untuk mendapat imunitas, divaksinasi dengan virus mati yang ada dalam vaksin atau divaksinasi dengan virus liar hidup yang akan dapat terus berkembang di dalam tubuh kita. Semakin banyak orang yang kebal semakin berbahaya untuk yang belom memiliki kekebalan. Sebab mereka bisa membawa virus dari lingkungannya dengan santai tanpa masalah karena kebal. Lalu mereka yang tidak kebal …. Ya harus menanggung risikonya.
Marilah… sebagai bentuk sosial kita sebagai anggota masyarakat Pancasilais, mari kita mengamalkan sila ketiga. Persatuan Indonesia. Kita lawan Covid-19 dengan KOMPAK. Ikuti dan turuti anjuran pemerintah.
“United we stand, divided we fall!” – Aesop.
Semoga semuanya sehat selalu! Stay safe stay healthy! GC