Pada suatu pagi yang cerah seekor tikus besar yang rupanya induk dari 3 anak tikus pergi untuk mencari makanan bersama dengan anak-anaknya di sebuah taman belakang sebuah rumah.
Sang induk memberikan banyak instruksi-intruksi tentang bagaimana cara yang terbaik untuk mendapat makanan serta makanan-makanan apa saja yang baik bagi tubuh. Saking asyiknya, mereka semua tidak menyadari seekor kucing dengan mengendap-endap mendekati mereka. Kucing tersebut menyeka kumisnya untuk menahan air liurnya yang hampir menetes.
Tiba-tiba, Sang ibu tikus tersebut melangkah ke depan anak-anak tikus tersebut & mulai menyalak seperti seekor anjing: “Guk!, guk!… guk!”
Terkejut dgn kejadian ini, kucing tersebut mundur & diam.
“Guk… Guk… Guk…” Tikus berani tersebut menyalak lagi
Bingung dengan situasi ini, kucing tersebut menurunkan ekornya lalu lari menjauh. Sang ibu Tikus itu pun berbalik badan menghadap anak-anaknya seraya berkata: “Kamu lihat sendiri kan! Apa aku bilang? Itulah sebabnya Mami selalu cerewet untuk mengingatkan bahwa belajar Bahasa Kedua itu penting!”
Hahaha… Tentu saja cerita ini memang cuma cerita rekaan dan banyolan lucu yang bertujuan untuk mengajak kita semua untuk memulai belajar bahasa yang lain. Bila sudah mahir bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, barangkali bisa mulai untuk belajar bahasa Mandarin? Bahasa Jepang? Bahasa Korea?
Banyak orang yang sudah berusia di atas 50 tahun berkata, “Ah aku ini sudah tua… Ga mungkin lagi lah belajar bahasa. Itu cuma mimpi aja…” Perhatikan apa yang saya katakan berikut ini… Ketika kita berpikiran TIDAK MUNGKIN coba deh tilik sekali lagi. Sebab berdasarkan pengalaman saya, 99% orang yang berkata TIDAK MUNGKIN atau TIDAK MAMPU sesungguhnya bukan “benar-benar” TIDAK MUNGKIN atau TIDAK MAMPU melainkan TIDAK MAU!
Jika kita “merasa tua” untuk belajar bahasa kedua. Mari kita teladani mendiang Mr. Lee Kuan Yew, eks Presiden Singapore. Ia mulai untuk melakukan kembali kursus Bahasa mandarinnya secara intensif diusianya yang ke-82. “It’s never too late to start!” Itu slogan Mr. Lee Kuan Yew.
Mr. Lee Kuan Yew belajar bahasa Mandarin di usia yang tua salah satu alasannya adalah justru agar ia tidak segera menjadi pikun. Setelah ia pensiun, ia tidak mau membiarkan otaknya diam tidak bekerja. Oleh karena itu, ia terus melatih otaknya dengan mengambil kursus mandarin.
“Sewaktu Ibu Moeryati Soedibyo diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah 75 tahun. Namun berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jeans, dia selalu berkebaya. Dan Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan? Tetapi ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain: self discipline. Sampai hari ini dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal saat itu ia salah satu pimpinan MPR.” Kata Prof. Rhenald Kasali. (Kompas, 2014)
Untuk belajar, kita tidak perlu dibatasi oleh usia. Jika kita ada kemauan, pasti ada jalan.
“It’s never too late – never too late to start over, never too late to be happy.” Jane Fonda
Have a GREAT Day! GC