IWA Blog

PINTAR & BIJAKSANA

PINTAR & BIJAKSANA

Be water my friend https://youtu.be/cJMwBwFj5nQ

Pernahkah memperhatikan tukang BATU kali yang sedang memindahkan tumpukan batu dari tumpukan yang satu ke tumpukan yang lainnya? Misalnya ketika tukang BATU itu memindahkan batu dari truk ke tanah. Biasanya tukang BATU tersebut melemparkan begitu saja batu yang ditangannya ke tumpukan batu lainnya yang ada di tanah.

Kalau kita perhatikan maka, setiap BATU yang bertemu, batu tersebut akan senantiasa saling BERBENTURAN & saling MENENDANG satu sama lainnya sehingga menimbulkan suara yang lumayan keras bahkan terkadang ada beberapa batu yang menjadi gompal akibat benturan tersebut…

Sangat berbeda dengan AIR, ketika ia disatukan, ia MENYATU BERSENYAWA saling MENGISI antar satu molekul dengan lainnya…

Apa yang membedakannya?

BATU mempunyai “kepadatan” atau densitas yang jauh lebih tinggi dari air. Itulah sebabnya bentuknya “PADAT” dan tidak “CAIR” seperti air. BATU ditempat manapun bentuknya akan tetap, ia tidak bisa mengikuti bentuk wadah yang menampungnya.

Sedangkan air sangat berbeda. Air selalu mengikuti bentuk wadahnya dimana pun ia ditempatkan. Bila ia ditempatkan di gelas, maka ia akan memenuhi semua ruangan gelas dan menjadi serupa dengan ruang dalam gelas tersebut.

Apa makna cerita ini bagi kita?

Di dunia ini ada banyak sekali orang pintar atau manusia yang menganggap dirinya pintar… Kebanyakan Orang Pintar (Baca: “BERISI”) akan cenderung selalu mau BERDEBAT, BERBANTAHAN & bahkan terkadang BERKELAHI ketika berkumpul, terutama karena kepalanya dibuatnya MEMBATU oleh KEPINTARAN-KEPINTARANnya.

Berbeda dengan Orang BIJAKSANA, yang membuat dirinya SELENTUR AIR ketika berkumpul..ia akan cepat sekali menyatu, bersenyawa seperti Air sesuai wadah KEBIJAKSANAANNYA…

ORANG BIJAKSANA mampu meregangkan “kepadatannya” mengikuti situasi dan kondisi dimana dia berada. Pada situasi yang panas dia akan “menguap” menjadi uap air, pada keadaan dingin dia pun bisa turun menjadi embun penyejuk dipagi hari dan pada keadaan Dingin yang ekstrim dia mampu “membatu” menjadi es dan bertahan dalam kondisi itu untuk waktu yang lama hingga suhu kembali normal dan dia kembali ke wujudnya yang semula. Itu lah “BIJAKSANA”.

Di dunia kerja, ada banyak orang PINTAR dengan gagasan-gagasan yang brilliant. Namun seringkali justru tidak mampu bersatu dengan team dan akibatnya efektivitas dan efisiensi kerja team menjadi buruk.

Terkadang orang pintar berpikir dengan dimensi yang berbeda dan sulit dipahami oleh orang yang bisa jadi kurang sepintar dirinya. Orang pintar berkomunikasi menggunakan nalar dan ukuruan dirinya. Sehingga komunikasinya buruk. Jelas saja sebaik apa pun idenya. Jika orang tidak mengerti dan tidak “bisa” mendukungnya. Maka sudah pasti orang pintar itu akan gagal ketika mencoba mengeksekusi idenya.

Untuk itu, orang Pintar harus berubah menjadi bijaksana. Mau mendengarkan, mencoba memberikan masukan dan ide dari dirinya untuk memperkuat ide-ide yang sudah ada dari orang lain. Dengan begitu ia akan didukung penuh.

Jika kita ingin agar seseorang berbuat sesuatu, baik itu untuk dirinya atau untuk diri kita, pahami dulu dirinya. Kenali dia, pakai komunikasi yang dia gunakan, pakai kemampuan yang dia miliki, pakai kepandaiannya lalu tambahkan ide kita. Jadi apa yang “baik” yang dia sudah kerjakan kita “tambahkan” agar menjadi lebih baik. Ini Namanya Bijak.

Gagasan brilliant yang sehebat apa pun akan menjadi sia-sia jika tidak didukung oleh anggota team lainnya. Tentu saja hal ini menjadi kontraproduktif bagi organisasi yang memperkerjakannya.

Oleh karenanya jangan heran jika di jaman ini lebih banyak organisasi yang dalam mencari anggotanya mereka mencari yang COCOK ketimbang yang PINTAR.

Siapakah sesungguhnya karyawan yang COCOK ini?

Mereka sesungguhnya adalah orang-orang yang BIJAKSANA. Orang yang mengerti menempatkan dirinya di dalam organisasi, larut dan bersenyawa di dalam team, serta berkontribusi positif bersama teman-teman yang ada di dalam team tersebut.

Aristotle mengatakan “Knowing yourself is the beginning of all wisdom.” Oleh karenanya mari instropeksi diri kita, seberapa “cair”kah diri kita? Seberapa bijakkah kita.

Semakin bijaksana seseorang semakin dia tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. “The only true wisdom is in knowing you know nothing.” Socrates

Be water my friends…. https://youtu.be/0EygqL–RW4

Have a Great Day! GC

Leave a Comment

mahjong ways gacor

situs slot777 online