IWA Blog

SEEK FIRST TO UNDERSTAND

SEEK FIRST TO UNDERSTAND

Pada suatu hari, disebuah restoran fast food. Tampak sepasang suami istri yang sudah cukup lanjut usianya duduk dengan satu piring berisi hamburger dan kentang goreng di meja mereka. Tidak jauh dari situ tampak seorang bisnisman yang masih muda mengamati. Ingin rasanya ia membantu pasangan tua ini.

Tampak disana, sang suami memotong burgernya menjadi dua, lalu memisahkan kentang gorengnya menjadi dua. Setelah itu ia mulai memakannya. Sementara sang istri memandang suaminya tanpa berkata apa-apa.

Bisnisman tersebut akhirnya tidak sabar. Ia pun bertanya: “Mohon maaf, saya lihat kelihatannya anda berdua kekurangan 1 piring hamburger dengan kentang goreng. Kebetulan saya punya sedikit kelebihan, apakah saya boleh memberikannya untuk kalian, agar ibu ini juga bisa menikmatinya bersama dengan bapak tua? Pesanan burgernya persis sama dengan apa yang kamu punya saat ini.”

Bapak tua itu tersenyum… “Terima kasih… tapi itu tidak perlu! di usia seperti kami ini, kami tidak boleh menyantap makanan seperti ini terlalu banyak. Dan kami selalu berbagi (sharing) satu sama lainnya.

Bisnisman tersebut kembali berkata: “Iya, tapi ibu tua ini dari tadi tampak cuma melihati bapak makan saja. Bagaimana jika ibu pilih apa makanan yang ibu mau, biar saya traktir kali ini?”

Sambil senyum-senyum sang ibu tua itu berkata: “Terima kasih nak.. tapi itu tidak perlu, saya merasa makanan ini sudah lebih dari cukup untuk saya. Kita memang selalu saling berbagi… Kalau melihat mengapa ibu diam saja melihat suami ibu makan.. itu karena gigi palsu ibu masih dipakai oleh bapak. Kan kami selalu saling berbagi… jadi kami pakai gigi palsunya bergantian.”

Hahaha… tentu saja cerita ini cuma sebuah lelucon untuk membuka hari kita pada hari ini. Namun begitu ada kandungan sebuah pelajaran penting di sini yang perlu kita pelajari.

Judging atau menghakimi atau jump to the conclusion yang salah seperti bisnisman dalam cerita di atas itu sering kali terjadi, bisa jadi Anda juga merupakan orang yang seperti itu. Ingatlah selalu bahw itu adalah salah satu jenis kelemahan yang banyak di miliki oleh para pemimpin organisasi. Seperti juga halnya pada video ini: https://youtu.be/aEuqMlv02aw

Banyak pemimpin yang sering melihat bahwa masalah itu adanya hanya pada orang lain. Kurang menyadari bahwa masalah yang terjadi terkadang juga bisa terjadi akibat cara memandang masalahnya itulah yang salah.

Oleh karena itu Stephen R. Covey mengatakan bahwa Highly Effective people harus punya habit atau kebiasaan yaitu: Habit No. 5: Seek First To Understand. Jadi kita perlu terus mencari informasi yang cukup untuk membuat sebuah statement / judgement. Sehingga dengan begitu kita memberikan Judgement yang benar.

Ada 4 cara untuk menghindari Judgment yang salah:

1. Seek Advice: Ketika kita punya sebuah persepsi tentang apa saja. Ada baiknya kita bertanya pada orang-orang yang dekat kita terutama yang punya kompetensi yang relevan, apa nasehat mereka? Sebelum kita menyampaikan apa persepsi kita itu.

2. Probing: Coba selidiki dulu apa persepsi kita itu benar atau tidak.

3. Interpreting: Coba Analisa motif dan perilaku atau latar belakang orang tersebut, sebelum kita memberikan judgment tentangnya.

4. Evaluating: Perhatikan sekitar, ketika kita memberikan statement apakah lebih banyak yang setuju atau ada yang tidak setuju? Jika tidak setuju apa alasannya. Sehingga ketika kita membuat judment, kita sadar, sesadar-sadarnya bahwa judment kita itu sudah benar.

Satu hal yang juga kita harus ingat… Jangan salah tanggap…. JUDGMENT juga dibutuhkan. Pemimpin yang lambat dalam memberikan keputusan atau tidak mau memberikan keputusan (indecisive) juga bermasalah. Pemimpin harus terus memberikan Judment dan menarik kesimpulan. Namun Pemimpin harus terus melakukan koreksi diri agar Judgment yang dilakukan adalah BENAR dan semakin hari semakin lebih sempurna …

“judging a person doesn’t define who they are… It defines who you are” – Unknown

Have a GREAT Day! GC

Leave a Comment

slot77

slot kamboja

rtp live