Kisah ini saya alami sendiri sekitar di tahun 2014.
Pada suatu siang yang sangat terik saya tiba di perempatan Pulomas yang menuju arah Kelapa Gading. Di saat dahaga yang sangat membara kebetulan saya melihat ada yang menjual aqua botol yang dingin. Saya pun segera membuka kaca mobil dan bertanya pada pedagang asongan yang menjual minuman tersebut. Inilah kejadiannya…
“Pak, Aquanya berapa ya harganya?”
Penjual: “Rp. 4.000 mas”
GC: “Ya sudah beli 2 ya pak, yang satu dingin yang satu biasa aja”
Bapak itu berdiri & mengambil 2 botol aqua ukuran 600 ml dari tempat berbeda, satu dingin dan satu lagi yang biasa . “Astaga… Ternyata bapak itu buta” (dalam hati saya)
“ini uangnya pak.” Seru saya
Penjual: “Errrr 2 Aqua jadi 8.000 semuanya ya pak”
GC: “iya”
Penjual: “Maaf.. uangnya berapa ya mas?”
GC: “10.000 rupiah”
Penjual: “Bentar ya kembaliannya”
Bapak itu sibuk membongkar uang di tas pinggangnya..nyaris keluar semua uangnya. Dengan menggenggam uang, bapak penjual itu berkata: “Ambil aja mas kembaliannya.”
saya pun terkejut mendengar perintah dari si Bapak.
“Pak. Kalo saya kasih uangnya 2.000 rupiah terus saya ambil kembaliannya 20 ribu rupiah. Bapak kan ga akan tau. Terus nanti bapak rugi dong?”
Penjual: “Gusti Allah ga akan salah alamat kasih rejeki mas. Kalo sekarang saya harus rugi, Biarlah… Saya yakin Gusti Allah pasti sedang menyiapkan rejeki lain buat saya.. Dan jujur, bapak percaya pada kamu juga semua pembeli-pembeli setia yang selalu membeli pada bapak…”
Ya Tuhan, bergetar hati rasanya ketika mendengarnya #speechles…
Penjual: “Udah ambil kembaliannya?”
GC: ”Gak usah deh pak.. hari ini. .Allah kirim rejeki lebih untuk bapak..”
Penjual: “Alhamdulilah, Terima kasih mas”
“Trust is equal parts character and competence… You can look at any leadership failure, and it’s always a failure of one or the other.” Stephen M.R. Covey, The Speed of Trust
Sesungguhnya di dunia ini kita tidak dapat hidup tanpa “trust”. Setiap hari ketika kita berangkat kerja / sekolah maka kita mau tidak mau harus menggantungkan hidup kita pada orang lain & untuk itu kita perlu menaruh kepercayaan kita. Mis: kita membeli sarapan pagi kita, kita pasti harus mempercayai orang tersebut, karena anyway kita juga tidak akan pernah tau, apakah makanan tersebut tercemar racun atau bakteri? Kita bisa sehat pagi itu karena kita mempercayai orang yang menjual sarapan pagi tersebut bukankah begitu?
Selama ini kita juga tidak pernah berpikir kearah situ bukan? Kita tanpa sadar sudah memberikan “trust” kita pada orang tersebut.
Sesungguhnya, jika kita hidup tanpa “trust” hidup kita akan selalu dipenuhi oleh ketakutan, cemas & rasa was-was. Dan bahkan bisa menimbulkan gejala psikologis seperti Phobia. Hidup pun menjadi ruwet dan pastinya tidak akan membuat bahagia.
Mau tidak mau, sebagai manusia hidup kita harus menaruh “Trust” kita pada orang lain. Barulah hidup kita bisa bahagia. Itulah sebabnya saya menggambarkan bahwa “Trust is a glue of life!”
Di dalam budaya Tionghoa 信用 (xìn yòng) alias rasa percaya itu merupakan budaya terpenting dalam aspek bisnis. Memupuk rasa percaya diantara 2 pebisnis itu sangat esensial untuk membangun sebuah bisnis bersama 關係 (Guānxi) alias kongsi. Tidak ada kongsi yang dilakukan oleh orang Tionghoa tanpa adanya rasa percaya. Ini prinsip dasar dari sebuah hubungan antar manusia.
Tidak ada manusia dibumi ini yang bisa mempunyai “HUBUNGAN / RELATIONSHIP” tanpa “TRUST”. Oleh karenanya binalah Hubungan kita dengan menaruh kepercayaan kita pada orang lain yang bisa kita percayai. Sebaliknya Jadilah orang yang bisa dipercaya! Trust to be trusted!
”Trust is the glue of life. It’s the most essential ingredient in effective communication. It’s the foundational principle that holds all relationships.” – Stephen Covey
Have a GREAT Day! GC