Pada suatu pagi hari yang cerah, seorang guru bertanya kepada murid-muridnya. “Anak-anak…. Jika pada suatu ketika kalian hendak minum susu, tapi susu kalian kejatuhan lalat. Apa yang akan kalian lakukan?” Apakah kalian akan membuang lalat tersebut, lalu meneruskan meminum susunya ataukah kalian akan membuang seluruh susunya?”
Spontan murid-muridnya ribut, ada yang bilang “Ihhh jorok, buanglah semua susunya”. Ada juga yang bilang: “Jelas dibuang semua dong bu, ‘ntar sakit perut lho kalo minum susu yang sudah kejatuhan lalat”
Seorang murid nyeletuk: “Ibu saya bilang sesuatu yang sudah terkontaminasi seperti itu sebaiknya dibuang semua karena takutnya sudah tercemar bakteri yang bisa bikin kita sakit Bu Guru.” Semua murid-murid mengangguk—angguk tanda sepakat dan setuju untuk membuang seluruh susu tersebut.
Guru: “Baiklah kalau begitu, suasana pagi ini sesungguhnya seperti segelas susu yang sangat segar dan enak sekali untuk dinikmati, tapi tiba-tiba ada bukan cuma satu namun begitu banyak murid yang ribut dan mengkontaminasi suasana belajar disini. Apa yang harus saya lakukan. Apakah saya mengusir hanya murid-murid yang ribut tersebut atau sebaiknya kita membatalkan seluruh pelajaran pada hari ini?”.
Spontan semua murid-muridnya terdiam dan “speechless”.
Situasi seperti ini sering terjadi. Gara-gara seseorang punya bad mood saat sedang rapat / meeting, orang tersebut membuat situasi pertemuan menjadi tidak nyaman dan kondusif. Sejujurnya… memang kalau ada kejadian seperti itu maka sebaiknya rapat dibatalkan saja karena rapat itu juga pasti tidak akan berjalan dengan produktif. Malahan jika dipaksakan, beberapa orang akan sakit perutnya dan keluar dari rapat tersebut. ?
Dalam beberapa hari ini kita melihat ada karyawan yang berdemonstrasi, membuat kerusuhan sekalipun mereka tidak mengerti, apa itu Omnibus Law, atau barangkali mereka pikir ini Melly Goeslow atau ini aturan Om Ni Bus Low loh… ? Sebaiknya musti diapakan para karyawan ini?
Inspirasi lain dari cerita ini adalah… Ingatlah selalu bahwa sikap dan tindakan kita mempengaruhi lingkungan di mana kita berada. Oleh karena itu bijaksanalah dalam menentukan sikap dan tindakan kita jangan mengkontaminasi lingkungan kita dengan sikap dan perilaku buruk kita.
Pada saat kita pulang ke rumah walaupun begitu banyaknya permasalahan di tempat kerja kita. Juga situasi di perjalanan pulang kadang tidak kondusif di jalanan kadang macet, dan seringkali ada aja orang yang men”test” emosi kita seperti misalnya tidak mengikuti aturan, memotong kendaraan mobil yang kita kendarai dan yang sudah baik-baik antri selama 1 jam, dll.
Ingatlah selalu… Tinggalkan emosi itu semuanya sebelum masuk rumah, jangan biarkan kondisi rumah tangga kita yang tadinya tenteram menjadi terkontaminasi.
Tau gak bagaimana caranya agar kita bisa terhindar dari emosi yang dapat mengkontaminasi? Menurut ahli psikologi ada 5 cara loh:
1. Pilih situasinya. Kalau bisa hindari ya dihindari.
2. Modifikasi situasinya. Misalnya kalo lagi macet. Mendingan mendengarkan musik klasik seperti: https://youtu.be/s1Lmc3-Fvyw Beethoven Piano Concerto No. 5 in E-flat major, Op. 73 Adagio Un Poco Mosso misalnya atau bisa juga https://youtu.be/GRxofEmo3HA Four Seasons nya Vivaldi. Bayangin aja kita lagi ditengah gedung konser yang megah. ?
3. Pindahkan fokus atensi kita dari situasi yang buruk untuk fokus ke situasi baik yang masih ada di sana.
4. Ubah cara pikir kita. Seringkali pusat dari emosi kita yang terdalam adalah hal-hal yang kita percayai yang dapat berimplikasi pada diri kita selanjutnya. Mis. Kenapa kita merasa ingin segera melewati kemacetan yang saat itu sedang kita hadapi. Tentunya karena kita tidak mau terlambat bukan? Dan jika kita kaji lagi maka hal itu barangkali karena kita tau keterlambatan kita mempunyai sebuah konsekuensi terhadap diri kita.
Jadi ketika kita tidak bisa menghindari untuk bangun lebih pagi sehingga dapat menghindari macet, maka belajarlah menerima konsekuensinya berada ditengah kemacetan itu. Sesalilah mengapa tidak bisa bangun pagi dan pikirkanlah bagaimana agar besok bisa bangun lebih pagi.
5. Jika No.1 dan No. 4 tidak berhasil. Ubahlah response kita. Tarik napas dalam-dalam, tutup mata (bukan pada saat nyetir ya) dan katakan pada diri kita dalam hati. Bahwa kita bisa mengontrol diri kita dan minta Tuhan memberi kita kekuatan.
“While we are free to choose our actions, we are not free to choose the consequences of our actions.” Stephen R Covey
Semoga hari ini semua urusan lancar dan tidak ada hal-hal yang mengkontaminasi kehidupan kita pada hari ini. Tetap sehat dan keep yourself healthy and safe!
Have a GREAT day! GC