By Galatia Chandra
Author of Hacking Your Mind book
Suatu pagi, seorang petapa tua baru saja menyelesaikan meditasinya di sebuah hutan yang begitu asri & indah. Ketika ia hendak pulang, ia melewati sebuah telaga yang indah.
Tiba-tiba tampak dipinggiran telaga tesebut seekor scorpion mengambang tanpa daya di atas air. Pak tua tersebut menggeser scorpion tersebut ke tepian telaga, lalu dengan sebuah akar pohon yang menjuntai keluar ia berpegangan sementara tangannya yang satu lagi mencoba meraih scorpion tersebut untuk menolongnya agar tidak tenggelam.
Namun ketika dia menyentuh scorpion tesebut. Scorpion itu langsung berusaha menyengatnya. Spontan secara refleks si pak tua menghindarinya. Hampir saja si pak tua itu terjatuh ke air.
1 menit kemudian, setelah keseimbangannya sudah stabil kembali, ia mulai kembali dengan usaha penyelamatannya. Kali ini scorpion tersebut menyengatnya dengan sangat buruk dengan ekornya yang berbisa. Tangan si pak Tua itu pun menjadi bengkak dan berdarah.
Seorang pejalan kaki yang sejak awal memperhatikan adegan tersebut berkata: “Pak Tua, apa tidak salah? Mengapa kok kamu mau merisikokan nyawamu untuk menolong mahluk yang tidak tau diri dan berusaha membunuh kamu itu?”
Pak tua itu memalingkan mukanya pada si pemuda seraya menatap mata pemuda tersebut sambil meringis kesakitan. “Sobat muda, adalah sifat alamiah scorpion untuk bereaksi dengan menyengat. Namun hal tersebut tidak mengubah sifat alamiahku untuk menolong. Sebab apa yang dilakukan aku, mencerminkan siapa diriku dan apa yang dilakukan oleh Scorpion ini, mencerminkan siapa dirinya”
Friends, menolong tidak perlu ditentukan bagaimana sikap orang yang perlu kita tolong. Sebab menolong orang itu hanya berkaitan dengan motivasi dan hati kita yang tulus untuk menolong orang tersebut.
Kita menolong orang tersebut bukan karena siapa dia, melainkan karena siapa diri kita. Dia akan tetap pada sikap dan kepribadiannya yang bisa jadi tidak pernah bersyukur, tidak tau ditolong, tidak ada rasa terima kasih, dll. Kita akan tetap pada sikap dan kepribadian kita yang suka menolong dengan hati yang tulus tanpa ada maksud untuk mengambil keuntungan dan kesempatan dalam kesempitan.
Kalau suatu Ketika kita menegor seseorang karena ia tidak menggunakan masker. Bisa jadi ia malahan menjadi tersinggung dan dia malahan marah-marah pada kita. Biarkanlah. Sebab itu memang kepribadian dia dan bukan kepribadian kita. Pribadi dia adalah suka bertengkar, pribadi kita adalah cinta kedamaian. Pribadi dia adalah suka melanggar aturan, pribadi kita adalah penuh dengan cinta kasih pada dia yang concern dengan keselamatannya.
Sekalipun orang yang kita tolong tersebut mempunyai pikiran yang salah tentang kebaikan kita, barangkali bahkan memanfaatkan kita dan tidak jarang orang yang kita tolong justru membuat kita susah. Jangan mengubah sikap kita untuk menolong. Sebab kualitas diri kita adalah milik kita. Kualitas diri orang tersebut adalah milik orang tersebut.
Ada seorang sahabat saya yang luarbiasa yang bernama Pak Haryo Ardito, dia adalah seorang Coach yang sangat hebat tapi dia begitu rendah hati. Dia membangun banyak sekali grup Whatsapp untuk menolong orang-orang yang mau belajar. Di grup itu beliau mengundang juga banyak motivator, orang-orang hebat yang rela berbagi tanpa pamrih. Tapi apa yang terjadi, banyak juga ternyata orang-orang yang tidak senang berada di tempat yang sangat positif seperti itu.
Banyak sekali member yang meninggalkan grup. Ketika ada pembelajaran gratis, bahkan diberi training gratis pula, ada saja yang ngotot meminta sertifikat (lupa kalo training tersebut jauh lebih penting dari sertifikatnya) dan Ketika tidak diberikan maka ybs langsung meninggalkan grup sebagai bentuk kekecewaan dan kemarahannya. Aneh bukan? Tapi itu nyata. Padahal ketika dia meninggalkan grup itu, yang rugi sebenarnya adalah dirinya dan bukan diri dari orang yang memberi.
Saya benar-benar belajar dari kasus ini… bahwa apa pun itikad baik kita, itu hanya menyatakan siapa kita. Sikap dan tindakan seseorang yah… tergantung siapa dia.
Biarlah orang-orang yang mau belajar dengan serius, belajar, biarlah orang-orang yang senang mendapat motivasi dan inspirasi bisa mendapatkan energi positif dalam hidupnya. Buat mereka yang tidak suka, itu bukan urusan kita. Sebab itu bukan menyatakan siapa kita. Itu menyatakan siapa dia.
Ketahuilah bahwa kebahagiaan hidup itu bukan hanya terjadi saat kita mendapat pujian saja. Kebahagiaan hidup itu akan terasa begitu luar biasa justru ketika hidup kita ini dapat berguna bagi orang lain. Atau ketika kita mampu membuat sebuah perbedaan hidup ini dengan mengubah kebencian menjadi cinta, kesedihan menjadi kebahagiaan, kegelapan menjadi terang.
Ingatlah selalu bahwa kebahagiaan sejati akan terasa luar biasa hanya ketika kita mampu menolong orang-orang disekitar kita sukses mencapai kebahagiaaannya. Ketika kita bahagia namun orang sekitar kita tidak bahagia, kita juga tidak akan pernah Bahagia bukankah begitu?
Semua yang kita lakukan merupakan bagian dari hidup kita dan mencerminkan SIAPA KITA. Orang yang lain yang menerima kebaikan kita, ada yang berterima kasih, ada yang membalas cinta kasih kita. Tapi ada juga yang bahkan mengucapkan terima kasih aja tidak. Dan ingatlah selalu bahwa semua itu sesungguhnya tidak penting dan tidak menjadi masalah… Sebab semua itu tergantung pada… SIAPA DIA.
Marilah terus hidup sebagai terang ditengah kegelapan. Kehangatan bagi dunia yang kian lama kian menjadi lebih dan lebih dingin ini. Teruslah bagikan kebaikan… sebab ini mencerminkan… SIAPA KITA.
“Darkness cannot drive out darkness; only light can do that. Hate cannot drive out hate; only love can do that.” – Martin Luther King, Jr
Have a GREAT day! GC