Pada suatu masa, ada seorang bisnisman yang kaya yang mempunyai seorang anak laki-laki yang sangat tampan dan menyenangkan. Namun ada satu masalah pada anak tersebut yaitu malas. Bisnisman tersebut ingin agar anak laki-lakinya mengerti tentang pentingnya bekerja keras.
Suatu pagi, Bisnisman tersebut memanggil anak lakinya tersebut: “Hari ini aku ingin agar kamu kerja sebagai apa saja yang penting menghasilkan uang. Jika kamu gagal. Malam ini kamu tidak boleh makan!”
Sang anak pun tertegun karena belum pernah ada tantangan seperti ini sebelumnya dan ia belum pernah kerja sama sekali. Ia pun menjadi sangat takut dan mulai menangis. Ia lari menuju ibunya. Menangis tersedu-sedu. Sang Ibu mendengar cerita sang Anak, serta melihat tangis anaknya, hatinya pun meleleh! Ia memberikan sebuah koin emas pada sang anak.
Anak tersebut pada malamnya menemui ayahnya dengan senang. Ia menunjukkan pada ayahnya koin emas tersebut. Sang ayah memintanya untuk melempar koin tersebut ke dalam sumur. Sang ayah adalah orang yang berpengalaman dan bijaksana. Ia tahu dari mana sumber uang koin emas tersebut.
Keesokan harinya Sang ayah mengirim istrinya ke rumah orang tuanya yang berada di kota yang lain.
Setelah itu ia meminta anaknya kembali melakukan hal yang sama. Untuk bekerja dan menghasilkan uang.
Kali ini tidak ada pilihan lagi. Dengan jantung berdegup keras ia pergi menuju salah satu pasar. Salah seorang pemilik toko disana mengatakan, ia mau membayar 2 keping coin perunggu jika anak tersebut mau mengantar karung seberat 15 kg ke rumahnya yang langsung diterima oleh anak tersebut.
Keringatnya mengucur ketika ia memanggul karung tersebut. Leher dan punggungnya terasa sakit. Punggungnya pun merah-merah. Tapi ia merasa bahagia karena ia berhasil mendapat 2 koin perunggu tersebut.
Malam harinya ia memperlihatkan 2 koin perunggu tersebut kepada ayahnya. Sang Ayah meminta anak tersebut melakukan hal yang sama seperti kemarin. Melemparkan koin tersebut ke dalam sumur.
Anak itu pun terdiam, ia mulai menangis, dalam isak tangisnya ia berkata: “Ayah! Tubuh saya semuanya sakit, punggung saya merah-merah semua untuk menghasilkan 2 keping uang perunggu ini dan sekarang Ayah minta saya melemparkannya ke dalam sumur? Tolong jangan Ayah…”
Sang businessman pun tersenyum. Ia mengatakan padanya bahwa apa yang dikatakannya sangat-sangat benar… Sebab sesungguhnya Hal yang paling menyakitkan di dunia ini sesungguhnya bukanlah sakit dan derita yang kita rasakan saat kita berusaha untuk menghasilkan uang tersebut. Sebab semua derita dan sakit tersebut mendatangkan kebahagiaan buat kita.
Namun yang paling membuat sakit hati adalah… Jika uang yang kita hasilkan dengan susah payah di sia-siakan seperti itu. Dibuang ke sumur begitu saja.
Sang anak itu pun tersadar… Kemarin saat ia melempar koin emas ke sumur. Ia melemparkan begitu saja tanpa ada beban. Saat ini dia diminta melempar uang perunggu tapi ia begitu berbeban berat. Ia sekarang sadar bahwa uang yang selama ini dihasilkan oleh ayahnya haruslah dimanfaatkan sebaik-baiknya dan tidak disia-siakan dengan kemalasannya. No Taken For Granted!
TAKEN FOR GRANTED… Artinya Hidup menikmati kenyamanan yang diberikan oleh orang lain (Orang Tua). Oleh karenanya membuatnya lupa diri. Menikmati fasilitas-fasilitas dengan serampangan, boros dan tidak menghargai hal-hal yang mereka terima tersebut.
Jika kita diberikan kesempatan untuk belajar dengan dibiayai oleh orang tua, perusahaan dll. Jangan pernah Taken for granted! Harus kerja keras. Fokus dan raihlah prestasi sebaik-baiknya. Buatlah orang-orang yang membiayai Pendidikan kita bahagia. Karena hasil kerja mereka untuk menghasilkan uang dan membiayai Pendidikan kita. Tidak sia-sia.
悬梁刺骨 – Xuán liáng cì gǔ adalah ungkapan Tiongkok yang menjadi falsafah hidup banyak orang Tionghoa yang kira-kira terjemahan secara harafiahnya adalah mengikat rambut ke palang atap rumah dan menusuk paha sendiri, atau kira-kira arti dan maksudnya adalah “Belajarlah dengan tekun dan tanpa lelah.”
Falsafah ini berasal dari sebuah cerita kuno di zaman dinasti Han, 孫靜 (Sūn Jìng) adalah Jendral perang yang sangat terkenal di China, konon falsafah Xuán liáng di atas berasal dari cara beliau untuk menggapai sukses ketika dia belajar. Jendral Sūn Jìng suka sekali mengikat rambutnya ke palang atap rumah saat ia belajar, supaya kalo dia jatuh tertidur, maka rambutnya tertarik dan dia bisa terjaga dan melanjutkan belajarnya kembali.
Orang kedua yang terkait dari ungkapan di atas adalah 蘇秦 (Sū Qín) yang merupakan seorang ahli strategi politik yang berhasil membangun aliansi 齊 (Qí), 楚 (Chǔ), 燕 (Yàn), 韓 (Hán), 趙 (Zhào), dan 魏 (Wèi) melawan 秦 (Qín) yang sangat legendaris. Sū Qín juga konon mempunyai cara belajar yang unik agar berhasil, yaitu dia suka menyiapkan benda tumpul untuk digunakan menekan pahanya pada saat belajar agar tetap terjaga.
Itulah sebabnya falsafah ini selalu mengingatkan untuk menggunakan cara belajar kedua orang hebat di atas supaya semua orang selalu berusaha sebaik-baiknya dalam belajar untuk bisa menjadi yang terbaik di dalam studinya. Semoga kita semua juga mempunyai semangat yang sama. Tidak taken for granted atas semua fasilitas dan investasi yang diberikan oleh orang tua / perusahaan kita. Melainkan menggunakan semua cara agar bisa berhasil dan menggunakannya dalam kehidupan kita.
Di dunia ini…. Bisa mendapat Pendidikan, training / pelatihan sesungguhnya adalah sebuah anugerah yang luar biasa. Oleh karenanya… janganlah disia-siakan…
Ingatlah selalu bahwa lebih baik ilmu yang sedikit tapi digunakan daripada ilmu segudang tapi disia-siakan dan dilupakan.
”Every time you take them for granted, you’re teaching them to live without you.” – Unknown
Have a GREAT Day! GC